
Dilarang berzinah
Apa itu perselingkuhan?? Menurut Wikipedia, Perselingkuhan adalah hubungan antara individu baik laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah ataupun yang belum menikah dengan orang lain yang bukan pasangannya. Selingkuh meliputi perbuatan seperti berikut ini: bertemu dengan tujuan kencan berduaan dengan lawan jenis lain secara sembunyi-sembunyi dari pasangan. Melakukan kontak intim fisik, seperti berciuman, bergandengan tangan (dengan tujuan romantis), berpelukan, hubungan intim, dan sebagainya. Melakukan chat/telepon/pembicaraan mesra/romantis dengan lawan jenis.
Upaya menangani perselingkuhan harus melihat dari berbagai dimensi, idealnya harus menggunakan pendekatan multi disipliner atau interdisipliner, karena masalahnya mencakup berbagai aspek yang mempengaruhi. Ditinjau dari fungsi bimbingan dan konseling Islam, bahwa ta’lim, bimbingan dan konseling Islam mempunyai fungsi sebagai berikut:
Menurut Hamd (2004) guru besar Universitas al-Azhar Kairo, bahwa di antara hal-hal yang dapat membantu untuk mencegah dan mengobati gejala perselingkuhan ini seperti berikut:
Pertama, bertakwa kepada Allah dan menumbuhkan sikap bahwa Allah selalu mengawasinya. Hal ini akan menenangkan jiwa untuk mendapatkan kepuasan, menjaga diri mengumbar pandangan. Sesungguhnya Allah S.W.T.,Mahamelihat sesuatu yang gaib bagi-Nya nyata, dan sesuatu yang rahasia jelas bagi-Nya.
Kedua, merendahkan pandangan atau berpura pura tidak melihat. Orang yang merendahkan pandangannya, atau berpura-pura tidak melihat (wanita) berarti telah menaati Allah SWT, menenangkan hatinya, memelihara agamanya dan menyelamatkan gangguan yang menyeret pada terjerumusnya pandangan. Pepatah mengatakan: “menahan pandangan lebih mudah dari pada mendawamkan dukacita.” Selain itu, merendahkan pandangan menumbuhkan kedekatan dengan Allah, keteguhan hati dan kegembiraan. Sebaliknya mengumbar pandangan, dapat melemahkan dan menyedihkan hati. Di samping itu, merendahkan pandangan, memupuk hati jadi kuat dan berani, mewariskan
daya firasat yang benar dan membendung masuknya syetan ke dalam hati.
Ketiga, membiasakan merasa puas terhadap pemberian Allah SWT. Jika seseorang membiasakan merasa puas, dia akan mendapat jalan menuju kepada kebahagiaan. Allah berfirman: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari
mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya.
Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal
(QS. Thaha 131).
Keempat, melihat orang yang lebih rendah dalam urusan materi (duniawi) dan melihat orang yang lebih tinggi (dalam urusan agama dan segala kemuliaan. Inilah sebagai ukuran yang hakiki sebagai alat banding kemuliaan. Pandangan inilah yang membukakan mata manusia untuk mensyukuri nikmat
Allah, sekaligus menghantarkannya untuk berterima kasih dan mengutamakan
orang yang mendampingi dalam hidupnya.
Kelima, memahami benar makna kecantikan dan ketampanan bukan satu-satunya faktor yang dapat merealisasikan kebahagiaan. Kita harus mencoba merenungkan kata-kata berikut ini: anda misalnya
menikah dengan raja/ratu kecantikan sedunia, tetapi antara anda dan isteri anda itu sama sekali tidak ada kesepahaman, keserasian, cinta, kasih sayang, lalu apa yang anda manfaatkan dari kecantikan isteri anda itu?. Kecantikan atau ketampanan tidak akan menyatukan, bahkan hanya membuat rumah tangga layaknya medan pertempuran. Naudzubillahi min dzalik
Menurut Ibrahim (2009) guru besar Ummul Qura Mekkah, bahwa upaya menangani perselingkuhan, antara lain:
Pertama, berdo’a. Berdo’a, dilakukan dengan merendahkan diri dan bersungguh-sungguh memohon
kepada Allah SWT benar-benar mengharapkan-Nya dengan penuh keikhlasan dan memohon ampunan-Nya. Sungguh orang yang ditimpa oleh penyakit ini (selingkuh dari istrinya) termasuk orang yang dalam keadaan terhimpit, sedang Allah SWT mengabulkan permintaan orang yang berada dalam keadaan darurat apabila ia memohon kepada-Nya.
Kedua, menundukkan pandangan. Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Orang yang secara tidak sengaja memandang sesuatu yang ia anggap baik, kemudian merasakan kenikmatan memandangnya, padahal perbuatan itu haram, maka wajib baginya untuk memalingkan pandangan. Ketika ia mengulangi pandangannya atau terus memandangnya, maka ia telah jatuh pada perbuatan tercela, baik menurut agama ataupun akal.
Ketiga, merenung dan mengingat Allah. Orang yang sedang dimabuk asmara itu hendaklah berpikir terlebih dahulu sebelum melangkahkan kaki untuk menemui selingkuhannya. Sebab, selain ia menumpuk luka di atas luka, perbuatannya itu pun dicatat sebagai dosa di sisi Allah SWT dan akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Keempat, menjauh dari orang yang dicintai. Jauhnya jarak yang memisahkan tubuh seseorang dengan tubuh kekasihnya berdampak pada kerenggangan hati mereka. Oleh sebab itu, untuk pertama kalinya hendaklah ia bersabar, seperti kesabaran orang yang tertimpa musibah pada awal terjadinya. Lama-kelamaan, pasti perasaan tersebut akan hilang.
Kelima, selalu mengikuti majelis dzikir. Hendaklah orang yang mabuk asmara selalu mengikuti majelis dzikir dan majelis para ahli zuhud serta sering mendengar berita tentang orang-orang shalih. Keenam, memutus keinginan dengan rasa putus asa dan berkemauan keras untuk menekan hawa nafsu. Sebab pertama munculnya rasa cinta adalah anggapan baik terhadap sesuatu, baik sesuatu itu muncul dari pendengaran ataupun penglihatan. Apabila pendengaran dan penglihatan tersebut tidak dibarengi dengan keinginan untuk memiliki orang yang dicintainya dan didukung dengan rasa putus asa, maka perasaan cinta itu tidak akan muncul.
Menurut Surya (2009) beberapa upaya untuk penanganan perselingkuhan, maka dapat dilakukan, antara lain, sebagai berikut: pertama, meningkatkan kualitas nilai-nilai keagamaan. Nilai keagamaan akar
membimbing orang untuk senantiasa berlaku jujur karena kuatnya rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga akan mencegah kemungkinan timbulnya sikap tidak jujur atau selingkuh. Kedua, Landasan cinta yang kokoh, akan menjadi kekuatan mendasar bagi rasa saling memiliki satu dengan lainnya sehingga memperkecil atau meniadakan sikap tidak jujur. Ketiga, Mewujudkan komunikasi secara transparan dan harmonis, atas dasar saling pengertian satu dengan lainnya. Keempat, Meningkatkan
kekuatan dan ketahanan diri, yang dilandasi dengan konsep diri dan rasa percaya diri secara mantap. Kondisi ini dapat membantu dalam kemampuan pengambilan keputusan secara tepat dan bertanggung jawab serta terhindarnya dari kemungkinan pengaruh-pengaruh negatif dari pihak lain. Kelima, mengembangkan kontak sosial secara baik dan sehat, dalam pergaulan sosial melalui pola-pola hubungan antarpribadi baik di dalam maupun di luar keluarga.
Menurut Hawari (2006) keberhasilan mempertahankan perkawinan pasca perselingkuhan bergantung pada beberapa faktor antara lain: pertama, adanya kesadaran dan pengakuan bahwa perselingkuhan itu adalah perbuatan yang melanggar norma-norma hukum perkawinan, moral etik agama. Atau dengan kata lain suami atau isteri yang berselingkuh itu menyadari dan mengakui kesalahannya. Kedua, Adanya penyesalan, rasa bersalah dan berdosa terhadap perselingkuhan yang telah dilakukannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketiga, Adanya kesediaan dari suami atau isteri untuk melepaskan pasangan selingkuhnya. Keempat, Adanya motivasi dari pasangan suami isteri untuk berniat mempertahankan perkawinan. Motivasi ini harus datang dari kedua belah pihak.
Ta’lim, majelis dzikir, atau pun pengajian adalah salah satu sarana yang dapat dimaksimalkan oleh institusi keluarga untuk mencegah atau mengobati problem perselingkuhan. Menurut Rahim (2001), ta’lim, bimbingan dan konseling Islam berperan dalam hal Pertama, Fungsi Preventif; yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Kedua, Fungsi Kuratif atau Korektif; yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. Ketiga, Fungsi Preservatif; yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama. Keempat, Fungsi Pengembangan; yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Sehubungan dengan hal tersebut konselor ataupun keluarga terdekat hendaknya dapat menumbuhkan motivasi dan dalam proses psikoterapi keluarga itu dihindari agar pihak yang bersangkutan tidak merasa dipojokkan ataupun menjadi kehilangan muka. Konselor hendaknya dapat memulihkan kepercayaan pihak yang bersangkutan untuk berupaya mengubah perilaku yang salah menuju perilaku benar dan dapat diterima oleh semua pihak, utamanya oleh keluarga, dalam hal anak istri. Keluarga terdekat dapat mendorong dan memberikan saran agar pasangan suami-isteri menjadi orang-orang yang senantiasa hadir di majelis-majelis dzikir, pengajian rutin baik di lingkungan tempat tinggal, di tempat kerja, atau majelis-majelis yang sudah ada di sekitar tempat tinggal. Hal ini penting untuk menguatkan komitmen dan meningkatkan kesadaran bahwa berkeluarga adalah sarana dalam menggapai cinta dari Allah Ta’ala. Sehingga saran dari konselor atau dari keluarga terdekat diharapkan dapat menumbuhkan semangat pada yang bersangkutan untuk terus berjuang membangun keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah.